Wednesday, November 12

PERAWAN TUA

Rabu, 12 November 2008
03.30
*Dedicated to my lovely friend, Beta and all my “old virgin” friends in Jakarta. Hihi ;p*

Lima matahari sedang menyengat kota Surabaya siang itu. Serasa menghabiskan wiken di Afrika dengan kesibukan ala New York. Temanku, sebut saja namanya Bunga (Red: bukan nama sebenarnya, tapi konon nasibnya selalu nyaris jatuh seperti nasib Bunga-Bunga lain dalam tayangan Reka Ulang di TV) harus meninggalkan Jakarta demi bekerja di sana di sebuah akhir minggu.

Badan pegal-pegal pun mulai mengirimkan sinyal untuk membuat Bunga harus mencari pertolongan tukang pijet. Setelah tanya sana tanya sini, seorang rekan kerja dari tim kerja lain yang cukup terpercaya dan konon mengenal Surabaya cukup baik pun dengan yakin dan mantabhhh merekomendasikan seorang tukang pijet bernama….*Tatataaaaaaaaa!!!! Harus pake efek ini, Cinkkk*….Mas Toyib!!!

Ada yang aneh…It’s supposed to be Bang Toyib…dan itu bukannya tidak terpisahkan? Tidak boleh menggunakan kata sapaan lain. Nggak klop. Well, nggak penting juga. Keanehan nama itu tidak cukup mengganggu untuk keinginan pijat yang menggelora.

Hingga terdengarlah ketukan di pintu kamar hotel tempat Bunga dan rekan sekerjanya dari Jakarta menginap. Teman sekamar yang membukakan pintu terkaget-kaget. Karena tubuh kekar ala Ade Ray berbalut kaos pas badan berdiri sopan di depan pintu. Tampang “ganteng jawa” dengan kulit sawo matang itu melempar tersenyum tipis. Siapa yang pesen gigolo?

Toyib : Siang…mbak yang mau pijet?
Bunga : Eh oh..eh…Mas Toyib, ya?
Toyib : Iya…mau pijet kan, Mbak?
Bunga : Ah..Eh..Umm…Iya...

Teman sekamar Bunga cuma bisa bengong. Bunga dengan gaya kikuk dan ribetnya menyongsong ke pintu. Ketemu satpam ganteng aja dia bisa hampir lemes dan ngomong beribet, apalagi tukang pijet seganteng ini yang akan menyentuh seluruh syaraf kaki dan punggung dan kepalanya? Ow ow ow…kayaknya ga jadi pijet punggung dan kepala deh. Daripada terjadi hal-hal yang diinginkan? (Baca:diidam-idamkan). Keanehan untuk ukuran figur tukang pijet ini pun sudah tidak sanggup menahan gejolak keinginan untuk merasakan tekanan-tekanan di titik-titik syaraf yang begitu lelah. Meskipun dengan figur begini, urusan pijet jadi “kentang” alias kena tanggung, karena-tidak memungkinkan-untuk pijet seluruh badan.

Sesi pijet dimulai. Silahkan bayangkan apa yang terkesan, seandainya mendengar percakapan Tukang Pijat-TP dan korban (ato Klien Pijet-KP dan korban?) dari balik pintu bilik kecil itu. *Hweeee, bilik???? Biar lebih terasa seperti narasi adegan Reka Ulang aja, sih. Hehe*

TP : Sampe atas, Mbak?
KP : Ummhhh…bawah aja.
TP : Balik badan ya Mbak, sekarang dari belakang.
KP : Oh eh...depan aja ah, Mas.

Bunga terlalu panik untuk membiarkan jemari besar-besar itu melewati punggung dan pundaknya dari belakang tanpa dia bisa mengendalikan pergerakan ataupun menyelidiki ekspresi Mas Toyib. Tapi akhirnya Bunga tetap harus balik badan untuk bisa dipijet betisnya. Daripada tetap berhadapan tapi maksain pijet betis? Pasti harus dengan posisi lain yang jauh lebih spektakuler. Haha.

Sesi pijet dilanjutkan. Obrolan lain mulai mengalir. Seiring dengan mengalirnya peredaran darah di sepanjang kaki yang melegakan. Tapi kok malah menimbulkan… pegal pikiran!!!???

Mas Toyib : Mbak, aku tuh lagi kumpulin duit buat kawinin pacar aku di kampung…
Bunga : Ohya? Bagus dong…
Mas Toyib : Iya, tapi susah.
Bunga : Iya sih ekonomi memang lagi susah, tapi usaha terus aja. Pasti ada jalannya.
Mas Toyib : Bukan susah itu, Mbak. Pacar aku nya yang susah. Kasihan, dia nggak bisa kawin sama aku sebelum kakak
perempuannya kawin.
Bunga : Owh…emang kakak pacarnya Mas udah umur berapa?
Mas Toyib : 23 taun, Mbak.
Bunga : *Glek* Pacar Mas?
Mas Toyib : Udah 16 taun, Mbak.
*Dengan nada penyesalan seolah-olah itu adalah 36 tahun *
Kesian juga sih sama kakaknya itu. Kalo udah perawan tua begitu, udah bakal susah banget dapat suami.
*Dengan nada prihatin seolah-olah itu adalah 43 tahun*
Dan aku juga jadi nggak bisa-bisa kawinin pacar aku.
Bunga : *Glek glek*

Bunga refleks berbalik dari posisi tengkurapnya untuk melihat wajah Bang eh Mas Toyib. Ada raut kesungguhan di sana. Tapi kata PERAWAN TUA untuk usia 23 tahun terdengar begitu menyengat dengan pancaran sinar 10 matahari. Apakah ini masih di Surabaya? Pulau Jawa? Indonesia? Planet Bumi? *Glek glek glek*

Perempuan usia 30 tahun di Jakarta dengan karir cemerlang sekalipun seperti Bunga, tapi nggak punya pacar apalagi belum menikah pasti membuat miris orang-orang kampung halaman Mas Toyib. Dan segelintir perempuan seperti itu di kampung halamannya bahkan mungkin ada yang sudah di hukum rajam karena dikira dukun guna-guna pemakan melati yang menikah dengan mahluk alam lain jadi tidak boleh bersuamikan manusia. Atau bahkan diduga akan melakukan kejahatan mutilasi karenanya harus dibasmi sebelum benar-benar terjadi?

Owhhh, pijet yang benar-benar "kentang". Kali ini, kena tangparrrrr.

So, can we blame Syekh Pudji? Gadis 12 taun yg dikawini-nya itu pasti membuat sirik para perempuan satu kampung yang baru belajar pake miniset itu…. krn dia sangattttt beruntung. Wait, miniset??? Masih eksis ga sih? Ahhh, aku (perawan?) tuaaaaaa….jerit Bunga dalam hati.

No comments: